1. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN / DESIGN SUPPORT SYSTEM (DSS)
Keputusan merupakan tindakan atau rangkaian tindakan yang harus diikuti untuk memecahkan suatu masalah.
Jenis – jenis keputusan menurut Simon :
- Keputusan merupakan bagian dari suatu rangkaian proses pengambilan keputusan.
- Keputusan yang terstruktur atau terprogram berasal dari permasalahan dan kejadian-kejadian yang terstruktur.
- Keputusan yang tidak terstruktur atau terprogram berasal dari permasalahan atau kejadian yang tidak terstruktur.
Istilah SPK/DSS pertama kali dikemukakan oleh G. Anthony Gorry dan Michael S. Scoot Morton
pada tahun 1971, keduanya merupakan profesor MIT, USA . Saat itu mereka
merasakan perlunya suatu pemikiran untuk mengarahkan penggunaan
aplikasi komputer untuk membantu pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh manajemen berdasarkan kepada konsep Simon mengenai keputusan yang
terstruktur dan tidak terstruktur juga berdasarkan kepada konsep Robert
N. Anthony tentang tingkat-tingkatan manajemen.
DSS : suatu sistem berbasis komputer inter-aktif yang membantu pengambil
keputusan memanfaatkan data dan model untuk me-nyelesaikan masalah
unstructured. (Scott Morton, 1971)
DSS menggabungkan sumber daya intelek-tual manusia dng kemampuan
komputer, un-tuk meningkatkan kualitas keputusan. Ia me-rupakan sistem
pendukung berbasis kompu-ter bagi pengambil keputusan manajemen untuk
menyelesaikan masalah semi-structured (Keen and Scott Morton, 1978).
Manfaat yang didapat :
- Keputusan yang berkualitas
- Peningkatan komunikasi
- Cost reduction
- Peningkatan produktivitas
- Penghematan waktu
- Peningkatan kepuasan karyawan dan pelanggan
ALASAN MENGAPA DSS DIBUTUHKAN
- Ekonomi tidak stabil
- Kesulitan untuk mendeteksi sasaran bisnis yang beragam
- Meningkatnya kompetisi
- Electronic commerce
- Sistem yang ada tidak mendukung pengambilan keputusan
- Departemen IS terlalu sibutk
- Kebutuhan akan analisis khusus
- Kebutuhan informasi yang akurat
- Kebutuhan informasi yang baru dan tepat waktu
- Penghematan biaya
- End-user computing
2. KONSEP DSS
Konsep H.A Simon :
- Keputusan terprogram : Dibuat menurut kebiasaan, aturan, prosedur; tertulis maupun tidak . Bersifat rutin, berulang-ulang.
- Keputusan tidak terprogram : Mengenai masalah khusus, khas, tidak
biasa. Kebijakan yang ada belum menjawab. Misalnya Pengalokasian sumber
daya.
Tahapan Pengambilan Keputusan
- Kegiatan intelligen, mengamati lingkungan mencari kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki.
- Kegiatan merancang, menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin.
- Kegiatan memilih, memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia.
- Kegiatan menelaah, menilai pilihan-pilihan yang lalu.
Tujuan SPK
- Membantu manajemen membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.
- Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya.
- Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manager.
Macam – Macam Metode Sisem Penunjang Keputusan
- Metode Sistem pakar
- Metode Regresi linier
- Metode B/C Ratio
- Metode AHP
- Metode IRR
- Metode NPV
- Metode FMADM
- Metode SAW
3. Pengertian Metode AHP
Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan
efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan
tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam
suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif
tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan
ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling
tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan
dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau
prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan
logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis
berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada
pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).
Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi
perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan
mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing
dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Ada dua alasan utama
untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain.
Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan tersebut
kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang
yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut
kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh tindakan
tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya. Kedua alasan
tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh
sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.
4. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
a. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi
bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum
sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan
dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan
alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih
detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari
hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level
berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen
tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan
tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu
besar harus dibuatkan level yang baru.
b. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).
Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua
elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif
dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka.
Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan
menghasilkan prioritas.
c. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan
prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya
ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa
gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan
untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai
dengan kriterianya.
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
- Aksioma Resiprokal >> Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB)
adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B,
dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali
lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC
(EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B,
maka B=1/5 A.
- Aksioma Homogenitas>> Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang
dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar,
hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika
hirarki dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen
tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan
inkonsistensi tinggi.
- Aksioma Ketergantungan>> Aksioma ini menyatakan bahwa
prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di
bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi
hirarki.
5. Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode AHP
a. Kelebihan
- Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.
- Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi
sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil
keputusan.
- Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Metode “pairwise comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan
masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada
perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini
merupakan model yang komperehensif. Pembuat keputusan menetukan pilihan
atas pasangan perbandingan yang sederhana, membengun semua prioritas
untuk urutan alternatif. “ Pairwaise comparison” AHP mwenggunakan data
yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada persepsi, pengalaman,
intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data numerik
tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.
b. Kelemahan
- Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa
persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas
sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut
memberikan penilaian yang keliru.
- Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang
terbentuk.
6. Tahapan Dalam Metode AHP
Langkah-langkah AHP
Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut :
- Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan
untuk memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap
ini dilakukan pengembangan alternatif.
- Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
- Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses
ini menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian
tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas
penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan
berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.
- Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan pada tiap tingkat hierarki.
Sedangkan langkah-langkah “pairwise comparison” AHP adalah
- Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
- Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode “pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
- Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
- Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
- Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya
konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi
dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka
digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).